
Jakarta – BRIN telah meluncurkan program Degree by Research (DbR), sebuah program pendidikan pascasarjana berbasis riset untuk tingkat S2 dan S3. Program ini telah menjadi unggulan BRIN yang menjanjikan. Hingga saat ini, sudah ada 1000 peserta DbR baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Perguruan tinggi di luar negeri yang bermitra dengan BRIN dalam program berbasis riset tidak memberikan beasiswa penuh kepada mahasiswa mereka, yang mana mahasiswa tersebut menghabiskan waktunya secara fulltime di kampus masing-masing. Namun, DbR lebih banyak tersedia di BRIN.
Hal ini diungkapkan oleh Deputi Sumber Daya Manusia dan Iptek, Edy Giri Rachman Putra Edy, saat penandatanganan kerjasama dengan Universitas Syiah Kuala (USK) mengenai Penyelenggaraan Program Pendidikan Pascasarjana Berbasis Riset di Jakarta pada Selasa (6/2).
“Ini adalah sinergi antara BRIN dengan perguruan tinggi dalam membangun SDM unggul melalui program DbR. Kerjasama dengan Universitas Syiah Kuala merupakan yang ke-14, melengkapi kerjasama BRIN dari ujung barat hingga timur Indonesia,” kata Edy.
Program DbR ini memperkuat kolaborasi riset antara BRIN dan perguruan tinggi sebagai tuan rumah penyelenggaraan pendidikan bagi mahasiswa. Ini membantu mahasiswa tidak hanya belajar di kampus tetapi juga membangun kolaborasi antara BRIN dan perguruan tinggi.
Edy juga menginformasikan bahwa BRIN sedang berinisiatif dengan LPDP untuk membuka pendanaan tidak hanya dari BRIN tetapi juga dari LPDP ke depannya. LPDP juga akan meluncurkan program pendidikan berbasis riset untuk tingkat S2 dan S3.
“Ini adalah langkah yang bisa kita lakukan, dengan mahasiswa DbR yang akan kuliah di USK melalui kerjasama dengan BRIN, BRIN dapat mempercepat penguatan SDM unggul. Kerjasama ini diharapkan memberikan manfaat tidak hanya untuk USK tetapi juga untuk semua,” harap Edy.
Sementara itu, Rektor Universitas Syiah Kuala, Marwan, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada BRIN atas kesempatan kerjasama terkait penyelenggaraan program pendidikan pascasarjana berbasis riset. Dia menekankan perlunya pengembangan model pembelajaran melalui kolaborasi dengan berbagai institusi.
“Penyelenggaraan program pascasarjana berbasis riset ini, jika terlaksana, merupakan program pertama di USK yang berbasis riset. Ini bisa diadopsi untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia secara umum,” terang Marwan.
Dia juga mengungkapkan bahwa di beberapa negara, program pascasarjana sudah berbasis riset sepenuhnya, dan model ini bisa diadopsi untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Di USK, sudah ada 9 program doktor dengan berbagai disiplin ilmu. Kolaborasi riset antara BRIN dan USK telah dimulai, terutama dalam bidang kebencanaan dan atsiri, dan akan meluas ke bidang pendidikan.
“Dengan basis yang sudah ada, pengembangan keunggulan lokal di Aceh bisa menjadi keunggulan nasional dan bersaing di level internasional,” pungkas Marwan.